Zero Tolerance Narkoba, Tembakau, dan Alkohol

UGM telah memiliki Peraturan Rektor tentang Kawasan Tanpa Rokok sejak 2008 sehingga smoking area yang sebelumnya ada di beberapa fakultas justru ditidakan sama sekali, namun demikian praktiknya masih ditemukan beberapa perokok di lingkungan UGM. Berhenti merokok memerlukan penanganan tidak hanya dari satu jenis intervensi saja, tetapi melalui beragam program, yaitu:

1. strategi perlindungan terhadap asap tembakau dengan melaksanakan dan menguatkan Kawasan Tanpa Rokok,
2. advokasi jejaring untuk menerapkan Kawasan Tanpa Rokok,
3. berpartisipasi dalam pengembangan dan pengawasan Kawasan Tanpa Rokok, dan
4. melakukan pengawasan penggunaan tembakau dan pencegahannya seperti melakukan pertemuan dengan sivitas kampus mendiskusikan perilaku merokok.

GMC bekerjasama dengan Pusat Perilaku dan Promosi Kesehatan FKKMK memberikan layanan dukungan bagi Civitas UGM yang ingin berhenti merokok. Selain itu, terdapat pula unit kegiatan mahasiswa bernama Raja Bandar (Gerakan Jauhi Bahaya Napza dan Rokok). Upaya yang telah dilakukan untuk promosi adalah melalui pembagian leaflet, pemasangan poster, pemilihan duta anti NAPZA, serta pendidikan dan pelatihan kader anti NAPZA. Raja Bandar juga bekerjasama dengan Badan Narkotika di tingkat DIY untuk melakukan usaha-usaha preventif melalui berbagai kanal untuk mengedukasi bahaya penggunaan narkoba bagi mahasiswa.

Terkait NAPZA, mahasiswa wajib menyatakan bebas narkoba dalam dalam surat bertandatangan materai yang dikumpulkan saat masa orientasi. Sedangkan dosen dan tenaga kependidikan saat perekrutan telah diyaratkan surat keterangan bebas narkoba yang disahkan oleh rumah sakit pemerintah yang ditunjuk.