Arsip:

Literasi Kesehatan

UGM Rilis Platform ChatBot Lintang Wujud Komitmen Kampus Terhadap Kesehatan Mental Sivitas Akademika

Universitas Gadjah Mada memiliki komitmen kuat menjadi perguruan tinggi yang nyaman, aman, inklusif, serta bertanggung jawab sosial. Salah satu yang dilakukan adalah mengembangkan platform kesehatan mental yakni ChatBot Lintang. Platform ini memfasilitasi seluruh sivitas akademika untuk mengomunikasikan pesan terkait kesehatan mental dan kekerasan.

ChatBotLintang diluncurkan secara langsung oleh Rektor UGM, Prof. dr. Ova Emilia, M.Med., Ed., Sp.OG(K). Ph.D., Rabu (26/7) di Balai Senat UGM bersamaan dengan Seminar Kesehatan Mental. Dalam kesempatan itu rektor mengapresiasi pengembangan ChatBot Lintang untuk mewujudkan kesehatan mental sivitas akademika UGM.

“Kami menyambut baik inovasi yang dilakukan teman-teman untuk penyehatan kita semua khususnya kesehatan mental dengan menciptakan ruang komunikasi ChatBot Lintang,” ucapnya.

Kehadiran platform ini diharapkan Rektor bisa memberikan ruang komunikasi yang aman. Pasalnya, ruang komunikasi ini dijamin kerahasiaanya serta dapat memberikan perlindungan bagi kesehatan mental dan tindak kekerasan lainnya. Tak hanya itu, diharapkan juga bisa membentuk komunitas yang peduli, responsif, dan mengasah empati terhadap permasalahan yang muncul di lingkungan akademis terutama yang berdampak bagi kesehatan mental.

Sementara Wakil Rektor Bidang Pendidikan dan Pengajaran, Prof. Dr. Wening Udasmoro, S.S., M.Hum., DEA., menyampaikan bahwa keinginan UGM mewujudkan kampus yang sehat, aman dan inklusif tertuang secara jelas dalam rencana strategis (renstra) UGM 2022-2027. Aspek kesehatan mental menjadi salah satu poin yang perlu menjadi perhatian bersama, selain kesehatan secara fisik, sosial, ideologis, maupun spiritual.

“Setiap generasi berhak untuk mendapatkan dukungan untuk meraih kesehatan di segala apsek tersebut. UGM pun telah menyediakan fasilitas untuk mendukung kesehatan termasuk mental dengan adanya psikolog di GMC, Unit Konsultasi Psikologi Fakultas Psikologi UGM, dan RSA UGM,”terangnya saat membuka Seminar Kesehatan Mental.

Wening mengatakan upaya mewujudkan kampus sehat baik mulai promotif, preventif, maupun kuratif terus digalakkan UGM, antara lain dengan pengembangan ChatBot Lintang oleh tim tim Health Promoting University (HPU) UGM. Karenanya ia mengapresiasi adanya ChatBot Lintang dan diharapkan mampu mendukung upaya UGM dalam mewujudkan kampus sehat bagi seluruh warganya. Upaya menciptakan kampus yang sehat yang dilakukan UGM ini sejalan dengan tujuan pembangunan berkelanjutan (SDGs) dalam menjamin kehidupan sehat dan sejahtera bagi semua orang.

Sementara Ketua tim pengembang ChatBox Lintang, dr. Fatwa Sari Tetra Dewi, menjelaskan bahwa ChatBot Lintang menjadi saluran untuk memfasilitasi komunikasi antar individu. LintangBot ini dikembangkang dengan kecerdasan buatan sehingga mampu merespons kata-kata kunci terkait gejala stres maupun kecemasan.

LintangBot dilengkapi dengan sejumlah fitur pendukung. Salah satunya adalah fitur swaperiksa untuk mengidentifikasi kondisi kesehatan mental individu. Lalu, fitur direktori layanan kesehatan mental untuk pengarahan pengguna agar terhubung dengan profesional. Berikutnya, fitur psikoedukasi dan juga dilengkapi tips praktis untuk pengguna.

Pengembangan ChatBot Lintang ini berawal dari keprihatinan terhadap persoalan yang banyak dialami oleh mahasiswa terutama soal kesehatan mental dan kekerasan. Beragam persoalan seperti stres, kecemasan, depresi, dan kasus kekerasan lainnya seringkali mempengaruhi kesejahteraan mental dan akademik mahasiswa. Namun, seringkali mahasiswa menghadapi kesulitan dalam menemukan media percakapan yang aman dan nyaman untuk berbagi pengalaman, mencari dukungan, dan menemukan solusi yang sesuai.

“UGM melalui tim Health Promoting University (HPU) UGM khususnya pokja Literasi pun bergerak untuk mencari solusi inovatif dan memberikan cara baru untuk mengkomunikasikan pesan-pesan penting terkait dengan kesehatan mental dan kekerasan,” tuturnya.

LintangBot dapat diakses melalui tautan https://bot.ugm.ac.id/s/lintangbot oleh seluruh civitas akademika, baik itu dosen, tenaga kependidikan, dan mahasiswa. Dengan adanya LintangBot diharapkan mampu menjadi alternatif ruang konsultasi yang aman dan nyaman. Selain itu juga sebagai langkah deteksi dini adanya masalah kesehatan mental serta meningkatkan literasi kesehatan mental. Dengan adanya chatbot, serta penambahan jumlah psikolog di Fakultas/Sekolah dan GMC, civitas akademika yang mengalami masalah kesehatan mental dapat menemukan saluran terbaiknya untuk menangani permasalahan kesehatan mental yang dialami.

ChatBot Lintang dikembangkan Fatwa bersama dengan Anis Fuad, S.Ked., DEA dari Departemen Biostatistik, Epidemiologi dan Kesehatan Populasi FK-KMK UGM, Bimo Sunarfri Hantono, ST., M.Eng dari Departemen Teknik Elektro dan Informatika, Fakultas Teknik, UGM, Diana Setiyawati, S.Psi., MHSc., Ph.D., Psikolog dari Fakultas Psikologi UGM, Dr. Pujiharto, M.Hum dari Sastra Indonesia, Fakultas Ilmu Budaya, UGM, Ariani Arista Putri Pertiwi, S.Kep., NS., MAN., DNP dari Departemen Keperawatan Dasar dan Emergensi FK-KMK UGM, Aditya Lia Ramadona, Ph.D dan Vena Jaladara, S.K.M., MPH dari Departemen Perilaku Kesehatan, Lingkungan, Kedokteran Sosial FK-KMK UGM, Tim CPMH UGM dan Tim DSSDI UGM.

Dalam kesempatan itu turut digelar seminar kesehatan mental yang dilaksanakan dalam dua sesi. Sesi pertama menghadirkan Ketua Tim Kerja Promosi Kesehatan Jiwa dan Kemitraan, Direktorat Kesehatan Jiwa Dirjen Kesehtaan Masyarakat Kemenkes, Dr. Lucia Maya Savitri, MARS., yang banyak memaparkan tentang perkembangan persoalan kesehatan jiwa pada usia porduktif di Indonesia. Menurutnya, masalah kesehatan jiwa dapat memengaruhi seluruh kelompok usia termasuk usia produktif yang menjadi bonus demografi di masa akan datang. Oleh sebab itu, menciptakan ketahanan mental melalui dukungan kebijakan kesehatan jiwa di kampus dan layanan kesehatan jiwa yang terintegrasi program kampus sehat dan kolaborasi dengan sektor lain penting dilakukan. Kolaborasi diperlukan sebab masalah kesehatan jiwa tidak hanya menjadi tanggung jawab di sektor kesehatan saja, tetapi juga peran aktif dari sektor lain dan masyarakat

Sementara Inspektur Jendral Kemendikbud, Dr. Chatarina Muliana, S.H., S.E., M.H., menyampaikan tentang beragam upaya yang bisa dilakukan pendidikan tinggi untuk membentuk proses pendidikan yang sehat jiwa. Salah satunya kebijakan pimpinan perguruan tinggi sebaiknya bisa mendorong pencegahan dan penanganan kekerasan. Antara lain dengan mengembangkan program pencegahan dan penanganan kekerasan di lingkungan kampus. Lalu, mengembangkan relasi sehat dan setara antara mahasiswa, dosen, dan tenaga pendidik serta sosialisasi tentang kekerasan bagi warga kampus secara berkala. Harapannya berbagai cara tersebut nantinya bisa meujdukan kampus yang aman, nyaman, dan sehat.

Berikutnya di sesi 2 seminar menghadirkan dr. Fatwa Sari Tetra Dewi, MPH., Ph.D., dari Pokja Literasi Kesehatan HPU UGM yang memaparkan tentang pengembangan ChatBot Lintang. Lalu, Diana Setiyawati, S.Psi., MHSc, Ph.D., Psikolog., yang menyampaikan tentang mempromosikan strategi kreatif dalam penanganan kesehatan pematl dalam menciptakan lingkungan kampus inklusif dan peduli.

Penulis: Ika

Repost from: https://ugm.ac.id/id/berita/ugm-rilis-platform-chatbot-lintang-wujud-komitmen-kampus-terhadap-kesehatan-mental-sivitas-akademika/

Rapat Program Kerja HPU 2023 terkait Pelaksanaan Survei Kesehatan

Pada Jumat (14/4/23), bertempat di Ruang Kertanegara Fakultas Ekonomika dan Bisnis, diselenggarakan Rapat Koordinasi HPU UGM mengenai salah satu program kerja HPU 2023, yaitu pelaksanaan survei. Pokja yang terlibat dalam program kerja ini berjumlah 4 dari 8, yaitu:

Aktivitas Fisik:

  • Akan dilakukan survei pada mahasiswa terkait fasilitas dan hambatan dalam melakukan aktivitas fisik. Hal ini bertujuan agar pengembangan program dapat berfokus pada peningkatan aktivitas fisik mahasiswa.

Kesehatan Mental:

  • Rencananya akan dikembangkan dan dibakukan pemetaan potensi kerentanan pada mahasiswa baru, agar upaya promosi dan prevensi dapat dikembangkan dari data yang ada

Zero Tolerance Tembakau, Alkohol, dan Obat:

  • Pertanyaan survei akan mencakup kebiasaan merokok mahasiswa di lingkungan kampus, kondisi finansial mahasiswa yang merokok, serta motivasi mereka untuk mencoba memulai dan menjadi perokok.

Lingkungan Sehat, Aman, dan Ramah Difabel:

  • Akan melanjutkan survei lapangan yang pernah dilakukan oleh Pokja Pembentukan Unit Layanan Disabilitas, sebelumnya di Fakultas Filsafat, sebagian area FK-KMK, Perpustakaan, Grha Sabha, dan Kantor Pusat; ke seluruh fakultas.

Instrumen yang akan digunakan adalah 1) kuesioner dengan objek individu/sivitas dan 2) observasi lapangan dengan objek fakultas/sekolah. Untuk survei individu, instrumen seluruh Pokja akan disamakan dan kuisioner akan digabungkan menjadi maksimal 30 pertanyaan sehingga tidak memberatkan responden. Akan dilakukan rapat lanjutan pada 25 Mei 2023 untuk membahas pengumpulan daftar pertanyaan dari masing-masing Pokja yang akan digunakan dan disatukan untuk survei ini.

Tujuan dari asessment ini adalah untuk mengetahui situasi dan kebutuhan terkait dengan kesejahteraan fisik, psikologis, dan sosial seluruh sivitas UGM. Data dari hasil assesment ini akan dipergunakan untuk membangun fasilitas dan mengembangkan program-program preventif, promotif, dan kuratif sebagaimana diperlukan.

Buku Saku Pencegahan Penyakit Menular bagi Mahasiswa

Meskipun pada awalnya HPU ditujukan untuk melakukan program pencegahan penyakit tidak menular, namun dalam perkembangannya, HPU juga melakukan kegiatan untuk pencegahan penyakit menular. Perluasan kegiatan HPU dilakukan setelah COVID-19 masuk ke Indonesia dan dalam perjalanan kerjasama UGM dengan Kementrian Kesehatan, kebutuhan literasi tentang penyakit menular juga diperlukan. Oleh karenanya HPU berupaya mengembangkan literasi kesehatan mahasiswa dan civitas akademika mengenai penyakit menular, terutama penyakit menular dengan jumlah kasus yang tinggi.

Buku Panduan Penyakit Menular ini disusun oleh Kelompok Literasi Kesehatan dari mahasiswa Peminatan Perilaku dan Promosi Kesehatan Fakultas Kedokteran Keperawatan dan Kesehatan Masyarakat Universitas Gadjah Mada. Buku ini disusun untuk dapat digunakan sebagai salah media promosi kesehatan kepada mahasiswa, khususnya di lingkungan kampus Universitas Gadjah Mada, terkait pencegahan terhadap penyakit menular yang sering dijumpai di sekitar kita. Buku yang berisi berbagai penyakit menular menjelaskan gejala dan tandanya, cara penularan, cara pencegahan ini dapat memberikan pengetahuan pada mahasiswa agar dapat melakukan tindakan pencegahan dan mencari pertolongan yang paling tepat untuk penyakit penyakit menular tertentu.

Selain itu, panduan ini juga dapat digunakan sebagai sumber informasi yang akurat, sehingga dapat menangkal banyaknya berita hoaks yang muncul di berbagai media sosial.

klik untuk unduh buku

Meningkatkan proteksi dari masker yang kita gunakan

Kasus Covid-19 semakin meningkat di beberapa wilayah di Indonesia. Kita perlu lebih berhati hati dan menerapkan protokol kesehatan dengan baik, termasuk dalam menggunakan masker. Bagaimana cara meningkatkan efektivitas penggunaan masker? Berikut adalah postingan dari FK-KMK UGM tentang meningkatkan proteksi dari masker yang kita gunakan. Mari tetap disiplin untuk menjaga diri sendiri, keluarga dan orang terdekat kita.

 

Buku Saku Probiotik: Suplemen Kesehatan untuk Pelihara Daya Tahan Tubuh

HPU UGM. Pandemi COVID-19 yang terjadi di Indonesia telah memberikan dampak ke berbagai sektor kehidupan masyarakat. Maraknya informasi tidak jelas terkait produk Suplemen Kesehatan yang beredar di masyarakat, menimbulkan keresahan bahkan mengganggu pasokan bahan-bahan, termasuk beberapa produk Suplemen Kesehatan, yang dibutuhkan selama pandemi ini.

Dalam hal ini, Badan Pengawas Obat dan Makanan (BPOM) Republik Indonesia menerbitkan BUKU SAKU SUPLEMEN KESEHATAN UNTUK MEMELIHARA DAYA TAHAN TUBUH DALAM MENGHADAPI COVID-19: PROBIOTIK, guna memberikan informasi yang mudah untuk dimengerti dan dipahami oleh masyarakat umum, agar kondisi di masyarakat tetap kondusif dan upaya pengendalian COVID-19 yang telah ditetapkan oleh pemerintah dapat berjalan lancar.

Buku saku ini meliputi informasi umum tentang suplemen kesehatan dan sistem daya tahan tubuh, informasi bahan suplemen kesehatan yang digunakan untuk memelihara kesehatan daya tahan tubuh serta informasi tambahan terkait pandemi COVID-19 di Indonesia.

Pada buku saku kali ini, yuk simak lebih lanjut mengenai Suplemen Kesehatan Probiotik!

Download: Buku Saku Probiotik

Apa Bedanya Adverse Drug Event dengan Efek Samping?

HPU. Tahukah Anda, keberhasilan terapi dengan obat dipengaruhi oleh banyak faktor. Salah satu kunci pentingnya adalah kepatuhan dalam menggunakan obat. Apalagi pada kasus penyakit kronis seperti hipertensi dan diabetes melitus. Pada beberapa penyakit, biasanya dokter meresepkan beberapa obat yang memiliki aturan minumnya sendiri-sendiri sehingga perlu diperhatikan anjuran dokter terkait penggunaan, cara menyimpan, dan hal-hal yang harus diperhatikan selama mengonsumsi obat. Adanya kombinasi obat ini menjadi perhatian dokter, apoteker, dan pasien. Dokter dan apoteker harus memastikan bahwa tidak ada interaksi antar satu obat dengan obat lain, yang kerap dikenal sebagai Adverse Drug Event (ADE). ADE adalah keparahan yang terjadi akibat konsumsi obat pada dosis normal akibat interaksi obat yang tidak diinginkan.

ADE berbeda dengan efek samping obat seperti yang banyak masyarakat tahu. Efek samping obat itu dapat diprediksi kejadiannya, sedangkan ADE tidak dapat dihindari dan tidak dapat diprediksi kejadiannya. Potensi terjadinya ADE dapat menyerang siapa saja, baik orang sehat, anak-anak, orang dewasa, dan orang tua. Ada beberapa golongan obat yang perlu mendapat perhatian khusus untuk menghindari efek yang tidak diharapkan, seperti semua obat yang tergolong antikoagulan, antibiotik, obat diabetes, dan analgesik opioid.

Untuk anak-anak (kurang dari 19 tahun) dan orang tua-dewasa (20-64 tahun) penyebab terbesar adalah penggunaan antibiotik. Sedangkan orang tua usia lebih dari 65 tahun diakibatkan oleh antikoagulan dan antidiabetes. Oleh karena itu, informasi lebih lanjut dari obat golongan itu menjadi hal penting yang harus diketahui masyarakat.

Kesadaran masyarakat untuk mengetahui informasi obat yang didapatkannya menjadi kunci terpenting untuk menghindari terjadinya keparahan penyakit akibat kejadian yang tidak diinginkan. Selain itu, kepatuhan dalam mengonsumsi obat dan cara penyimpanan yang benar juga memiliki peran penting dalam keberhasilan terapi. Oleh karena itu, Anda tidak perlu ragu untuk menanyakan dengan jelas kepada dokter atau apoteker mengenai informasi obat yang Anda konsumsi untuk mendapatkan pengobatan yang optimal. Salam sehat!

Sumber:

Morimoto, T., Gandhi, T. K., Seger, A. C., Hsieh, T. C., & Bates, D. W., 2004, Adverse drug events medication errors: detection and classification methods, BMJ Quality & Safety, 13(4), 306- 314. http://www.nccmerp.org/sites/default/files/nccmerp_fact_sheet_2015-02-v91.pdf

Kontributor: Pusat Informasi Obat Universitas Gadjah Mada (PIOGAMA UGM)

Bolehkah Meminum Obat dengan Teh?

HPU. Semua orang pastinya tidak ingin apabila terserang suatu penyakit bukan? Penyakit sangat erat hubungannya dengan penggunaan obat untuk kesembuhan. Banyak dari masyarakat, bahkan kita sendiri yang merasa malas untuk meminum obat karena rasanya yang pahit. Untuk menanggulangi hal tersebut,  banyak dari kita yang meminum obat dengan teh manis untuk mengurangi rasa pahit obat. Teh pada dasarnya merupakan minuman yang memiliki banyak manfaat. Tapi tahukah Anda, bahwa meminum obat dengan teh sangat tidak dianjurkan karena beberapa hal. Apa sajakah itu?

Alasan pertama, yaitu karena terdapat suatu senyawa bernama “Tanin” yang dapat mengurangi khasiat dari obat terhadap tubuh. Hal tersebut sangat merugikan karena gejala sakit yang dialami tidak akan segera hilang. Alasan kedua, yaitu karena terdapat senyawa “Kafein” yang mungkin sudah familiar untuk didengar. Senyawa ini dapat menjadi berbahaya apabila dikonsumsi bersamaan dengan obat yang merangsang sistem syaraf pusat, seperti obat asma yang mengandung teofilin atau epinefrin.

Meminum obat bersamaan dengan teh manis memang cukup  ampuh menghilangkan rasa pahit obat. Namun, interaksi obat dengan teh yang dapat mengurangi khasiat obat tentulah merugikan. Setelah mengetahui berbagai efek tersebut,  semoga Anda menjadi lebih berhati-hati apabila mengkonsumsi obat bersama suatu makanan atau minuman. Mintalah saran  Apoteker mengenai penggunaan obat yang benar untuk mendapatkan pengobatan yang maksimal.

 

Referensi :

Chiu, 2014, Buku Pedoman Penggunaan Obat Secara Aman Bagi Imigran Baru, Departemen Kesehatan dan Kesejahteraan, Taiwan.

Retno Gitawati, 2008, Interaksi Obat dan Beberapa Implikasinya, Media Litbang Kesehatan Volume XVIII No.4

Ririn Wulan O, 2009, Pengaruh Seduhan Teh Hijau ( Camellia sinensis )Terhadap Farmakokinetika Parasetamol Diberikan Bersama Secara Oral Pada Kelinci Jantan, Skripsi Fakultas Farmasi, Universitas Muhammadiyah Surakarta, Surakarta.

 

Kontributor: Pusat Informasi Obat Universitas Gadjah Mada (PIOGAMA UGM)

Kenali Lebih Dekat Penyakit Pandemik

HPU. Seiring berkembangnya teknologi, sistem transportasi pun semakin canggih. Hal ini membuat mobilitas manusia semakin mudah sehingga individu untuk berpindah dari suatu tempat ke tempat yang lainnya dapat terjadi dalam waktu singkat. Kontak antarindividu dari berbagai negara dapat terjadi setiap saat. Hal ini membuka pintu bagi penyebaran wabah penyakit antarnegara yang dapat berakhir pada munculnya ancaman penyakit pandemik.

Suatu penyakit dikatakan pandemik jika telah menyebar luas secara global dan tidak hanya terjadi di satu benua. Sepanjang sejarah peradaban, penyakit pandemik telah menjadi ancaman besar bagi manusia. Diketahui wabah penyakit pandemik telah membunuh manusia lebih banyak dibandingkan korban peperangan ataupun kecelakaan. Salah satu wabah pandemik yang paling dikenal adalah kolera. Wabah yang menyebar luas pada abad ke-19 ini telah membunuh puluhan juta populasi manusia.

Contoh lain penyakit pandemik adalah tuberkulosis yang membunuh seperempat populasi Eropa pada saat penyakit ini menyebar pada abad ke-19. Pandemik lain, seperti HIV/AIDS, flu Spanyol, influenza, Zika, Ebola, MERS, dan yang paling baru saat ini, yaitu COVID-19 yang telah menginfeksi lebih dari 4,5 juta jiwa manusia di lebih dari 180 negara dunia.

Salah satu upaya pencegahan yaitu dengan memprediksi penyebab penyakit, dilanjutkan dengan pemodelan dan kemudian mengambil langkah penanganan misalnya dengan vaksinasi. Langkah pencegahan tambahan seperti menjaga higienitas/kebersihan dengan selalu mencuci tangan, hindari keramaian sebisa mungkin atau menggunakan masker saat berada di keramaian atau kontak dengan orang lain juga disarankan.

Metode lain yang dapat diterapkan untuk memerangi infeksi penyakit pandemik adalah kampanye modifikasi perilaku. Kampanye ini meliputi pemetaan kejadian, pelacakan kontak untuk memperingatkan kerabat terhadap bahaya infeksi sekunder, dan pendidikan kepada populasi yang terpapar dengan metode menghindari kontak dengan hewan yang merupakan inang perantara infeksi/penyakit, serta pengawasan individu atau populasi yang terpapar dan orang yang kontak dengan mereka.

 

 

Sumber :

Chu, Elbert,2012, How to Stop A Pandemic , tersedia online di https://www.popsci.com/science/article/2012-09/how-stop-pandemic, diakses pada tanggal 2 November 2017.

DerSarkissian, Carol, 2017,What Are Epidemics, Pandemics, and Outbreaks?.tersedia online di https://www.webmd.com/cold-and-flu/what-are-epidemics-pandemics-outbreaks?print=true, diakses pad tanggal 2 November 2017.

James M. Hughes, Mary E. Wilson, Brian L. Pike, Karen E. Saylors, Joseph N. Fair, Matthew LeBreton, Ubald Tamoufe, Cyrille F. Djoko, Anne W. Rimoin, Nathan D. Wolfe; The Origin and Prevention of Pandemics, Clinical Infectious Diseases, Volume 50, Issue 12, 15 June 2010, Pages 1636–1640.

Mandal, Ananya, 2014, Current Pandemic. tersedia online di , https://www.news-medical.net/health/Current-Pandemics.aspx, diakses pada tanggal 2 November 2017.

Wolfe, Nathan. 2017. How To Prevent A Pandemic. tersedia online di https://www.edge.org/conversation/nathan_wolfe-how-to-prevent-a-pandemic, diakses tanggal 2 November 2017.

 

Kontributor: Pusat Informasi Obat Universitas Gadjah Mada (PIOGAMA UGM)

Minum Obat Bersamaan dengan Obat dan Makanan yang Lain?

HPU. Pernahkah Anda membaca petunjuk pemakaian obat sebelum meminum obat? Kegiatan tersebut ternyata penting untuk dilakukan. Hal ini karena tidak semua obat yang yang masuk ke tubuh langsung menimbulkan efek dan bekerja dengan baik. Dalam tubuh, obat bisa saja berinteraksi dengan zat lain sehingga kerja obat terhambat. Interaksi obat dapat terjadi karena adanya sesuatu yang dikonsumsi bersamaan atau berdekatan dengan waktu meminum obat.

Salah satu contoh interaksi obat dengan zat lain adalah interaksi obat dengan obat lain yang digunakan secara bersamaan. Dua atau lebih obat yang diberikan pada waktu bersamaan ternyata dapat saling berinteraksi. Interaksi yang terjadi dapat berpengaruh terhadap kecepatan penyerapan  maupun metabolisme obat di dalam tubuh.  Interaksi obat tersebut dapat menyebabkan menurunnya  efek salah satu obat hingga terjadi toksisitas pada obat yang lain. Salah satu contohnya ketika Anda mengkonsumsi obat yang memiliki efek samping kantuk dengan obat lain yang juga memiliki efek samping sama, maka Anda akan merasakan kantuk yang lebih berat.

Selain interaksi obat dengan obat lain yang diminum bersamaan, ternyata obat dapat menimbulkan interaksi dengan makanan atau minuman yang dikonsumsi bersamaan. Salah satunya adalah minum obat warfarin bersama dengan sayuran yang kaya vitamin K, seperti brokoli, kubis, dan selada.  Hal ini dikarenakan sayuran kaya vitamin K dapat berfungsi sebagai pembeku darah sedangkan warfarin adalah obat untuk mengencerkan darah sehingga kombinasi dari sayuran bervitamin K dengan obat anti pembekuan darah dapat mempengaruhi kerja obat. Di sisi lain sayuran tersebut sangat penting bagi tubuh kita. Pengaturan konsumsi sayuran dengan jumlah yang tetap setiap harinya sangat diperlukan agar kerja obat dapat dimaksimalkan.

Tidak selalu merugikan, interaksi obat dengan obat lain atau makanan juga dapat memberikan efek positif yang dapat meningkatkan kerja obat. Contohnya adalah penggunaan obat anti diabetes tipe 2, yaitu metformin yang dikombinasikan dengan obat penurun gula darah yang lain. Interaksi tersebut dapat membantu efek obat menjadi lebih cepat dalam menurunkan gula darah.

Obat yang dikonsumsi bersamaan zat lain dapat menimbulkan efek menguntungkan maupun merugikan. Efek merugikan dari konsumsi obat bersamaan dengan zat lain harus dihindari agar optimasi terapi dapat tercapai. Anda tidak perlu ragu-ragu untuk minta informasi dari Apoteker mengenai cara penggunaan obat yang tepat terutama jika menggunakan beberapa obat sekaligus.

Referensi :

Anonim, 2015, Interaksi Obat (diakses dari http://pionas.pom.go.id/ioni/lampiran-1-interaksi-obat-0 pada Kamis, 21 November 2019, pukul 20.28 WIB)

Anonim, 2018, Interaksi Antara Obat Makanan dan Minuman (diakses dari http://www.yankes.kemkes.go.id/read-interaksi-antara-obat-makanan-dan-minuman-6197.html pada Rabu, 27 November 2019, pukul 20.17 WIB)

Kontributor: Pusat Informasi Obat Universitas Gadjah Mada (PIOGAMA UGM)

COVID-19: Mitos dan Fakta

HPU UGM. Selama pandemi Covid-19, banyak informasi tersebar luas melalui berbagai macam media baik cetak maupun daring. Informasi yang diterima masyarakat seringkali tidak valid bahkan menambah kebingungan. Mari bersama-sama menyebarkan informasi yang valid berdasarkan fakta mengenai Covid-19, bukan hanya mitos belaka.

“We’re not just fighting an epidemic; we’re fighting an infodemic” -WHO Director-General Tedros Adhanom Ghebreyesus.

Download: Mitos dan Fakta Covid-19